November 09, 2015

Valentino Rossi, Juara Tanpa Mahkota

Valentino Rossi, sebuah nama yang mungkin lebih terkenal dari MotoGP, olahraga yang telah membesarkan namanya. Gue adalah salah satu fans layar kaca dari seorang Valentino. Emang sih belum terlalu lama tau tentang doi, karena awalnya dulu gue cuma iseng-iseng aja nonton balapan di ‘tipi’ karena diajak sama temen gue, mungkin kira-kira tahun 2000-an (yah gue emang udah cukup tua). 


“Beda, nge-jreng, dan aneh”, kira-kira itulah kesan pertama gue ketika ngeliat seorang pembalap dengan motor Honda NSR500 warna kuning menyala dengan nomor 46 yang nempel di bagian depan motornya. Jujur, awalnya gue gak suka warna kuningnya karena gue benci warna kuning, tapi jujur gue suka sama aksi-aksinya si #46. Lambat laun, pembalap satelit Honda itu berhasil bikin gue cinta sama warna kuning (No Yellow, No Glow).  Valentino Rossi, seorang pembalap atau mungkin satu-satunya pembalap yang paling ramah baik itu kepada para fansnya,  awak media, dan juga ke pembalap lain. Tapi kalo elo rese’, abis lo dijadiin mainan sama Valentino. Sun & Moon, Sol e Luna, Matahari dan Bulan, hangat ketika diluar sirkuit, tapi dingin dan agresif ketika balapan. Oke lanjut ke inti.

Sedih, bangga, bahagia, dan apalagi lah. Terlalu banyak rasa campur aduk di dalam hati sehingga gak bisa di jelasin pake kata-kata. Mungkin itulah kira-kira yang ada di benak hati para “Rossifumi” di seantero dunia melihat kenyataan yang terjadi di Valencia kemarin. Bagaimana tidak? Seorang ‘Pak Tua’ yang berusaha mati-matian untuk menggapai impiannya menjadi juara dunia yang ke-10, dan dia harus berjuang ngelawan serangan para pembalap muda yg bertalenta, gak gampang men!!! Gak percaya kalo doi berusaha super duper keras? Salah satu buktinya, doi adalah pembalap yang paling banyak mencetak lap di setiap free practice.Doi juga ngotot banget setiap balapan, walau kecepatannya masih kalah jauh dibanding kompetitornya. Sepanjang musim, Valentino sukses memimpin klasemen, ga ada yang bisa nyalip poinnya. Musim yang seru banget, sampai akhirnya tragedi di Sepang yang sukses bikin Valentino kena 3 poin penalty dan harus start di posisi paling buncit. Antiklimaks.


Lupakanlah soal penalty, banding ditolak, dan cibiran dari berbagai pihak. Valentino tetep harus start dari belakang. He needs much more motivation and obviously, a miracle. Sebelum race gue sempet sih hopeless, tapi selepas start, gue tercengang. Baru kali ini liat Valentino start-nya bener-bener bagus. Lima atau bahkan enam bisa dia lewati sekaligus. Lap demi lap, doi salip satu persatu, eh tapi ada yang sekali salip tiga orang juga sih. Disitu gue bisa ngerasain keriuhan dan sorak-sorai para penonton yang ada di sana. Setiap dia nyalip, kedengeran tuh suara “WHOAAAAAA!!!”, gilak! Disitu gue bisa liat betapa ngototnya doi buat bisa dapetin hasil yang terbaik, dan yang pasti betapa setianya para pendukung orang tua ini. Gue yakin gak Cuma pendukungnya Vale doang sih yang sorak, mungkin hampir seisi sirkuit, mungkin loh, soalnya kenceng banget men. Bahkan kameramennya pun ngefans loh sama Vale, buktinya yang di shoot si #46 melulu tuh. 

Satu demi satu, perlahan tapi pasti posisinya semakin membaik. Start from 25th and up to 4th, He’s 36 years 8 months 23 days fucking old. He’s done it..!!! Semua asa para “Rossifumi” pun kembali bersinar, tapi sayang emang udah gak kekejar sih. 15 detik selisih waktu antara Vale sama Dani yang ada di posisi 3. Kompon ban Baby M1 Vale udah capek, udah gak bisa buat dipaksain ngejar leading group. Harapan satu-satunya ada di Marq dan Dani. Berharap mereka bisa nyalip Jorge, tapi apa yang terjadi? Marq justru kayak cuma nguntit di belakang Jorge, dia seakan-akan bikin orang berpersepsi “gilak, Marq udah nempel terus, yakin nih dia nyalip Jorge”. Semua orang yang punya mata dan ngerti, pasti tau kalo RC213 jauh lebih powerful daripada YZR-M1, tapi ada yang aneh. Marq keliatan banget Cuma ngejaga jarak dari Jorge, dia seolah ngeliatin bahwa motornya lambat dan bikin seakan-akan dia mau nyalip padahal enggak, ENGGAK SAMA SEKALI. Pedrosa yang tadinya terpaut jarak 2 detik akhirnya bisa nempel Marq. Pedrosa yang menurut gue orangnya netral (kayaknya sih), dia berhasil nempel dan akhirnya nge-overtake Marq dan voila!!! Marq ngeliatin banget superioritas motornya dan nge-overtake balik si Dani. Keliatan banget men, Marq seakan jadi bodyguard Jorge supaya paduka gak ada yang ganggu, bahan jika itu teammate nya sekalipun dan yang ada dipikiran gue adalah “What the fuck is he done??? Kampret, sial, ngehek, balapan model apaan itu”.

Oke, lupain mereka. Beralih ke Valentino. Gue bangga ngeliat dia bisa nyalip sebegitu banyak pembalap yang jauh lebih muda darinya. Emang sih, belum cukup buat nobatin doi jadi juara dunia musim ini. Tapi, cukup buat menangin hati kami semua, hati para pendukungnya, hati para Rossifumi, dan mau tidak mau semua orang mengakui siapa juara sebenarnya jika dilihat dari awal musim sampe show race di Valencia kemarin, bahkan mungkin juga pendukung Marq dan Jorge. Effort-nya yang begitu mengagumkan, tekadnya yang begitu kuat dan yang pasti besarnya kecintaan terhadap olahraga ini yang mungkin gak ada orang seperti dia di MotoGP, sampai saat ini. Senyum yang seolah padam, pandangan mata yang redup sejak seri Sepang, kembali terlihat bersinar lagi saat di Valencia. Dia mungkin kecewa, ya pasti kecewa, tapi dia pasti bahagia karena dia berhasil membuktikan bahwa ucapannya di Press Conference Philip Island itu benar dan diungkapkan bukan dengan tanpa alasan.

Selepas race, Valentino kebanjiran pujian, terutama di media sosial. Para netizen ramai membicarakan orang tua yang satu ini, terbukti lebih dari 320 ribu netizen membicarakan “Rossi” dan menjadikannya trending topic worldwide, what a man! Gue sebagai salah satu pendukung Valentino ngerasa sedih, yak sedih banget. Karena misi gelar ke-10 gagal, digagalkan oleh seseorang yang disebut-sebut sebagai “The Next Valentino”, awalnya sih gue respect sama dia dan sempet berpikir bahwa mungkin setelah Valentino pensiun, sebagian besar pendukung Vale bakalan ngedukung orang ini. Tapi, ternyata dugaan gue salah. Para Fumi mungkin malah bakal jadiin dia sebagai “the biggest enemy ever” jika dilihat dari tindakan “tidak melanggar hukum” di MotoGP yang dilakukan sejak race di Philip Island.


Pujian untuk Valentino pun gak Cuma dari para netizen, bukti nyata dan benar-benar terjadi adalah banyaknya orang yang menjadi bodyguard (baca: pagar betis) yang membentuk jalur untuk memandu Valentino menuju pitlane Yamaha Movistar. Penonton biasanya ramai-ramai turun dari tribun untuk menyaksikan podium setelah race, tapi kali ini beda, beda banget. Parc Ferme pun berasa hambar karena yang menyaksikan hanya segelintir orang dan bahkan disambut dengan sorakan (menurut gue sih agak gimana gitu, kasian loh juara dunia malah disorakin L ). Orang-orang malah rela datang jauh-jauh dari jauh memutar menuju pitlane dan membentuk barisan layaknya pengawal yang mengawal si Orang Tua menuju kandangnya (mungkin mereka pengen nyindir pengawalan yang dilakuin seorang pembalap di race tadi), dan memberikan applause untuk si "orang tua". Disitu, gue ngerasa sedih, bangga dan terharu. Sedih karena Valentino gagal menjadi juara dunia musim ini, BANGGA karena dia tetap bersedia ikut race padahal dia sudah dilukai sedemikian rupa oleh kompetitornya dan dia juga udah mati-matian dari grid belakang lalu finish ke-4, dan TERHARU karena banyak orang yang mencitai Valentino, baik ketika dia berada dalam masa yang sangat sulit ataupun ketika dia berjaya. Dan banyak yang menyebutnya sebagai “People’s World Champion”. 
Padahal kemarin sih ada yang bilang Valentino bakal kehilangan respect dari orang-orang, tapi buktinya? Semua orang yang punya mata dan punya otak dan ngeliat kejadiannya pun pasti tau jawabannya.

Valentino ngajarin kita semua bahwa sesulit apapun itu, sesusah apapun kondisinya tetaplah berusaha, jangan pernah menyerah dan yang pasti jangan lupa berdoa. Karena usaha keras tidak akan mengkhianati hasilnya. Kalau dikaitkan sama hasil race, mungkin yang didapat Vale bukan gelar juara, tetapi hati semua orang yang justru lebih besar daripada gelar juara itu sendiri. Seperti dalilnya, “Ketika seseorang berdoa dan meminta, maka Tuhan bisa langsung mengabulkan doanya, atau menunda sampai waktu yang tepat, atau menggantinya dengan sesuatu (hasil) yang lebih baik bahkan jauh lebih baik”. Dan menurut gue, kemarin Valentino mendapatkan yang ketiga dan itu jauh lebih baik dari sekedar gelar, yaitu hati semua pecinta MotoGP.

Jadi, selama masih ada kesempatan, tetep berusaha sampe akhir, sampe finish, sampe chequered flag berkibar. 

If you never do that, you’ll never get that.


#ForzaVale #IoStoConVale

4 comments: