Valentino Rossi, sebuah nama yang mungkin lebih terkenal dari MotoGP, olahraga yang telah membesarkan namanya. Gue adalah salah satu fans layar kaca dari seorang Valentino. Emang sih belum terlalu lama tau tentang doi, karena awalnya dulu gue cuma iseng-iseng aja nonton balapan di ‘tipi’ karena diajak sama temen gue, mungkin kira-kira tahun 2000-an (yah gue emang udah cukup tua).

“Beda, nge-jreng, dan
aneh”, kira-kira itulah kesan pertama gue ketika ngeliat seorang pembalap
dengan motor Honda NSR500 warna kuning menyala dengan nomor 46 yang nempel di bagian
depan motornya. Jujur, awalnya gue gak suka warna kuningnya karena gue benci
warna kuning, tapi jujur gue suka sama aksi-aksinya si #46. Lambat laun, pembalap
satelit Honda itu berhasil bikin gue cinta sama warna kuning (No Yellow, No Glow). Valentino Rossi, seorang pembalap atau
mungkin satu-satunya pembalap yang paling ramah baik itu kepada para fansnya, awak
media, dan juga ke pembalap lain. Tapi kalo elo rese’, abis
lo dijadiin mainan sama Valentino. Sun & Moon, Sol e Luna, Matahari dan
Bulan, hangat ketika diluar sirkuit, tapi dingin dan agresif ketika balapan. Oke lanjut ke
inti.
Sedih, bangga,
bahagia, dan apalagi lah. Terlalu banyak rasa campur aduk di dalam hati sehingga
gak bisa di jelasin pake kata-kata. Mungkin itulah kira-kira yang ada di benak hati
para “Rossifumi” di seantero dunia melihat kenyataan yang terjadi di Valencia
kemarin. Bagaimana tidak? Seorang ‘Pak Tua’ yang berusaha
mati-matian untuk menggapai impiannya menjadi juara dunia yang ke-10, dan dia
harus berjuang ngelawan serangan para pembalap muda yg bertalenta, gak gampang men!!!
Gak percaya kalo doi berusaha super duper keras? Salah satu buktinya, doi
adalah pembalap yang paling banyak mencetak lap di setiap free practice.Doi
juga ngotot banget setiap balapan, walau kecepatannya masih kalah jauh
dibanding kompetitornya. Sepanjang musim, Valentino sukses memimpin klasemen,
ga ada yang bisa nyalip poinnya. Musim yang seru banget, sampai akhirnya
tragedi di Sepang yang sukses bikin Valentino kena 3 poin penalty dan harus start di posisi paling buncit. Antiklimaks.

Lupakanlah soal
penalty, banding ditolak, dan cibiran dari berbagai pihak. Valentino tetep harus start dari
belakang. He needs much more motivation and obviously, a miracle. Sebelum race gue sempet
sih hopeless, tapi selepas start, gue tercengang. Baru kali ini liat
Valentino start-nya bener-bener bagus. Lima atau bahkan enam bisa dia lewati
sekaligus. Lap demi lap, doi salip satu persatu, eh tapi ada yang sekali salip
tiga orang juga sih. Disitu gue bisa ngerasain keriuhan dan sorak-sorai para
penonton yang ada di sana. Setiap dia nyalip, kedengeran tuh suara “WHOAAAAAA!!!”,
gilak! Disitu gue bisa liat betapa ngototnya doi buat bisa dapetin hasil yang
terbaik, dan yang pasti betapa setianya para pendukung orang tua ini. Gue yakin
gak Cuma pendukungnya Vale doang sih yang sorak, mungkin hampir seisi sirkuit,
mungkin loh, soalnya kenceng banget men. Bahkan kameramennya pun ngefans loh sama Vale, buktinya yang di shoot si #46 melulu tuh.
Satu demi satu, perlahan tapi pasti posisinya semakin membaik. Start from 25th and up to 4th, He’s 36 years 8 months 23 days fucking old. He’s done it..!!! Semua asa
para “Rossifumi” pun kembali bersinar, tapi sayang emang udah gak kekejar sih. 15 detik selisih
waktu antara Vale sama Dani yang ada di posisi 3. Kompon ban Baby M1 Vale udah capek, udah
gak bisa buat dipaksain ngejar leading group. Harapan satu-satunya ada
di Marq dan Dani. Berharap mereka bisa nyalip Jorge, tapi apa yang terjadi?
Marq justru kayak cuma nguntit di belakang Jorge, dia seakan-akan bikin orang
berpersepsi “gilak, Marq udah nempel terus, yakin nih dia nyalip Jorge”. Semua orang yang punya mata dan ngerti, pasti tau kalo RC213 jauh lebih powerful daripada YZR-M1, tapi ada yang
aneh. Marq keliatan banget Cuma ngejaga jarak dari Jorge, dia seolah ngeliatin
bahwa motornya lambat dan bikin seakan-akan dia mau nyalip padahal enggak,
ENGGAK SAMA SEKALI. Pedrosa yang tadinya terpaut jarak 2 detik akhirnya
bisa nempel Marq. Pedrosa yang menurut gue orangnya netral (kayaknya sih), dia
berhasil nempel dan akhirnya nge-overtake Marq dan voila!!! Marq ngeliatin
banget superioritas motornya dan nge-overtake balik si Dani. Keliatan banget men, Marq seakan jadi bodyguard
Jorge supaya paduka gak ada yang ganggu, bahan jika itu teammate nya sekalipun dan yang ada dipikiran gue adalah “What
the fuck is he done??? Kampret, sial, ngehek, balapan model apaan itu”.
Oke, lupain mereka. Beralih ke Valentino. Gue bangga ngeliat dia bisa nyalip sebegitu
banyak pembalap yang jauh lebih muda darinya. Emang sih, belum cukup buat nobatin doi jadi juara dunia musim
ini. Tapi, cukup buat menangin hati kami semua, hati para pendukungnya, hati
para Rossifumi, dan mau tidak mau semua orang mengakui siapa juara sebenarnya
jika dilihat dari awal musim sampe show race di Valencia kemarin, bahkan
mungkin juga pendukung Marq dan Jorge. Effort-nya yang begitu mengagumkan,
tekadnya yang begitu kuat dan yang pasti besarnya kecintaan terhadap olahraga
ini yang mungkin gak ada orang seperti dia di MotoGP, sampai saat ini. Senyum
yang seolah padam, pandangan mata yang redup sejak seri Sepang, kembali
terlihat bersinar lagi saat di Valencia. Dia mungkin kecewa, ya pasti kecewa, tapi
dia pasti bahagia karena dia berhasil membuktikan bahwa ucapannya di Press Conference
Philip Island itu benar dan diungkapkan bukan dengan tanpa alasan.
Selepas race, Valentino kebanjiran
pujian, terutama di media sosial. Para netizen ramai membicarakan orang tua
yang satu ini, terbukti lebih dari 320 ribu netizen membicarakan “Rossi” dan
menjadikannya trending topic worldwide, what a man! Gue sebagai salah satu
pendukung Valentino ngerasa sedih, yak sedih banget. Karena misi gelar ke-10
gagal, digagalkan oleh seseorang yang disebut-sebut sebagai “The Next Valentino”,
awalnya sih gue respect sama dia dan sempet berpikir bahwa mungkin setelah
Valentino pensiun, sebagian besar pendukung Vale bakalan ngedukung orang ini.
Tapi, ternyata dugaan gue salah. Para Fumi mungkin malah bakal jadiin dia sebagai “the
biggest enemy ever” jika dilihat dari tindakan “tidak melanggar
hukum” di MotoGP yang dilakukan sejak race di Philip Island.

Pujian untuk Valentino
pun gak Cuma dari para netizen, bukti nyata dan benar-benar terjadi adalah banyaknya
orang yang menjadi bodyguard (baca: pagar betis) yang membentuk jalur untuk memandu Valentino menuju pitlane Yamaha Movistar. Penonton biasanya ramai-ramai turun
dari tribun untuk menyaksikan podium setelah race, tapi kali ini beda, beda
banget. Parc Ferme pun berasa hambar karena yang menyaksikan hanya segelintir
orang dan bahkan disambut dengan sorakan (menurut gue sih agak gimana gitu, kasian loh
juara dunia malah disorakin L ). Orang-orang malah rela datang jauh-jauh dari jauh memutar menuju
pitlane dan membentuk barisan layaknya pengawal yang mengawal si Orang Tua
menuju kandangnya (mungkin mereka pengen nyindir pengawalan yang dilakuin seorang pembalap di race tadi), dan memberikan applause untuk si "orang tua". Disitu, gue ngerasa sedih, bangga dan terharu. Sedih karena Valentino gagal menjadi juara dunia
musim ini, BANGGA karena dia tetap bersedia ikut race padahal dia sudah dilukai
sedemikian rupa oleh kompetitornya dan dia juga udah mati-matian dari grid
belakang lalu finish ke-4, dan TERHARU karena banyak orang yang mencitai
Valentino, baik ketika dia berada dalam masa yang sangat sulit ataupun ketika
dia berjaya. Dan banyak yang menyebutnya sebagai “People’s World Champion”.
Padahal kemarin
sih ada yang bilang Valentino bakal kehilangan respect dari orang-orang, tapi
buktinya? Semua orang yang punya mata dan punya otak dan ngeliat kejadiannya
pun pasti tau jawabannya.
Valentino ngajarin kita semua bahwa sesulit apapun itu, sesusah apapun kondisinya tetaplah berusaha, jangan pernah
menyerah dan yang pasti jangan lupa berdoa. Karena usaha keras
tidak akan mengkhianati hasilnya. Kalau dikaitkan sama hasil race, mungkin yang
didapat Vale bukan gelar juara, tetapi hati semua orang yang justru lebih besar
daripada gelar juara itu sendiri. Seperti dalilnya, “Ketika seseorang berdoa
dan meminta, maka Tuhan bisa langsung mengabulkan doanya, atau menunda sampai
waktu yang tepat, atau menggantinya dengan sesuatu (hasil) yang lebih baik
bahkan jauh lebih baik”. Dan menurut gue, kemarin Valentino mendapatkan
yang ketiga dan itu jauh lebih baik dari sekedar gelar, yaitu hati semua
pecinta MotoGP.
Jadi, selama masih ada
kesempatan, tetep berusaha sampe akhir, sampe finish, sampe chequered flag
berkibar.
If you never do that, you’ll never get that.
#ForzaVale
#IoStoConVale